Selasa, 06 November 2012

Cervikcitis


CERVIKCITIS
Posted by
Atik Nur Azizah, Nisa Uswatun Hasanah, Ria Rara Sati

A.    Pengertian
                 Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008).
                 Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono, 2008)
                 Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. ( gynekologi . FK UNPAD, 1998 )
Servisitis juga merupakan :
a.       Infeksi non spesifik dari serviks
b.      Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
c.       Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.

B.     Etiologi
                 Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :
a.       Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
  1. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis.
  2. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.   
  3. Sekunder terhadap kolpitis.
  4. Tindakan intra dilatasi dll.
  5. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
  6. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin

C.    Patofisiologi
                 Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.

Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan:
a.       Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.   
  1. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.   
  2. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak.

D.    Klasifikasi.
1.      Cervicitis Akut.
             Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
             Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis. Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2.      Cervicitis Kronis.
             Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a.       Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.         
b.      Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c.       Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek.

            Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
            Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.

E.     Gejala Klinis
1.      Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe
2.      Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.

F.     Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1.      Usia.
2.      Jumlah perkawinan
3.      Hygiene dan sirkumsisi
4.      Status sosial ekonomi
5.      Pola seksual
6.      Terpajan virus terutama virus HIV
7.      Merokok
G.    Tanda dan Gejala
1.      Perdarahan
2.      Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3.      Cepat lelah
4.      Kehilangan berat badan
5.      Anemia

H.    Manifestasi Klinis
                 Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.

I.       Prognosis
                 Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

J.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Khusus:
a.       Pemeriksaan dengan speculum
b.      Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan
c.       Pap smear
d.      Biakan damedia
e.       Biopsy
2.      Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
3.      Kolposkopi
4.      Servikografi
5.      Pemeriksaan Ø visual langsung
6.      Gineskopi
7.      Pap Ø net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

K.    Diagnosa Banding
1.      Karsinoma
2.      Lesi tuberculosis
3.      Herpes progenitalis

L.     Pencegahan
            Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.



M.   Pengobatan
                 Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan ini. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.
Penatalaksanaan juga dapat melakukan :
1.      Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
2.      Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi.
3.      Cervicis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4.      Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak
5.      Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. 


SOAL-SOAL SERVIKSITIS

1.       Fungsi dari lendir kental yang terdapat pada cervik adalah :
a.       Pelicin
b.      Pelindung
c.       Pelumas
d.      Tanda  radang
2.       Salah satu penyebab terjadinya servitis adalah :
a.       Adanya keputihan
b.      Luka lecet pada perinium
c.       Robekan pada mulut rahim
d.      Robekan pada dinding vagina
3.       Servitis yang biasa ditemukan pada gonorrhoe adalah :
a.       Cervitis kronis
b.      Cervitis radang
c.       Cervitis ringan
d.      Cervitis akut
4.       Wanita yang lebih rentan terinfeksi oleh kuman yang menyebabkan radang pada servik adalah :
a.       Nullipara
b.      Multipara
c.       Primigravida
d.      Nulligravida
5.       Adanya eritema, pembengkakan, sobekan neutrofil merupakan ciri dari servitis jenis :
a.       Cervitis  kronis
b.      Cervitis radang
c.       Cervitis akut
d.      Cervitis  ringan

12 komentar:

  1. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwasanya Luka yang terinfeksi pada kasus serviksitis harus diatasi dengan pemasangan brainase, yang ingin kami tanyakan disini bagaimana cara pemasangan brainase itu sendiri. mhon penjelasannya, syukron.

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf mba ashfie cute.....sepertinya drainase ya bukan brainase,
      heheheheh
      :-)

      Hapus
    2. oh, begitu..
      untuk pemasangan drainase sendiri seperti apa?
      dikarenakan areax tertutup,
      mungkin bisa sedikit dijelaskan berkaitan dengan prosedur pemasangan drainase itu sendiri?
      terimkasih.

      Hapus
    3. maaf mbak hajar2 ashfie yg sholehah,
      kami sudah berusaha mncari literatur mngenai pmsangan drainase pda servisitis..
      namun, u/ saat ini kami blum mnemukan tntang hal tersebut.
      insyallah...., akan kami jwab scepatnya.
      mianhae.

      Hapus
    4. siap deh min..
      ditunggu jawabannya ya,,
      gomawhoo..

      Hapus
  2. maaf min mau bertanya: apakah erosi porsio karena penggunaan kontrasepsi IUD termasuk cervikcitis? dan biasanya diberi Abothyl untuk penanganannya, apakah tindakan tersebut sudah benar? terimakasi, mohon jawabannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mba amala hafsah yg sholihah...(insyaallah).....
      berdasarkan referensi yg kami dapatkan, bahwasnnya erosi portio itu berbeda dengan servisitis....akan tetapi menurut pemahaman kami dari pertanyaan mba amala bahawa erosinya itu karna penggunaan IUD, itu bisa jadi mba...cause penggunaan IUD dalam jangka waktu yg lama dapat menyebabkan peradangan pada serviks dsktarnya.....
      sehingga dapat disimpulkan bahwasannya hal tersebut berkenaan.
      mengenai penggunaan albothyl sbg terapy....it's okey miss...soalnya albothyl dapat nekrosis epitel silindris dan meng gantinya dg ephitel gepeng berlapis bnyak.....ya kata lainnya regenerasi missss....

      Hapus
    2. afwan ya, mau nambah dikit aja : sepertinya di tanda dan gejala sudah disebutkan tentang erosi, kalimat lengkapnya begini ;"Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe"
      jadi pendapat saya : erosi portio itu tidak sama dengan cerviksitis, tetapi dapat merupakan salah satu gejala cerviksitis itu sendiri...

      Hapus
    3. trimakasih atas penjeasannya.. oh jadi begitu, ternyata alkon IUD menyebabkan erosi, dan kemudian erosi dapat mengarah ke cervisitis, right?

      Hapus
  3. assalamu'alaikum..
    numpang exis yah... mo tnya neh..
    di faktor resiko tertulis "Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks",,,
    apkah cervikcitis sma dgn kanker serviks dan bgamna ptosiologi'nya merokok dpat mnybabkan pnykit tsb...
    sukron...

    BalasHapus
  4. "Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
    1. Usia.
    2. Jumlah perkawinan
    3. Hygiene dan sirkumsisi"...

    maaf ni sis,,,, ana kurang paham, kog bisa yach... sirkumsisi (sunat) bisa mnjdi faktor insiden ca. serviks...
    setahu ana,,, bukankah sunat (sirkumsisi)itu adalah sunah rasululah yach...???
    secara patofisiologisnya, gimana yach...???

    BalasHapus