Selasa, 06 November 2012

Endometritis

ENDOMETRITIS
Posted by 
Dewi Bidayatul, Sih Hanani, Novia Istiqomah Widiati  

 

A.     Pengertian
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium yaitu lapisan sebelah dalam dinding rahim. Endometritis masa nifas adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.

B.     Etiologi
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1.      Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2.      Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3.      Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4.      Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
a.       Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
b.      Pecahnya ketuban berlangsung lama.
c.       Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
d.      Teknik aseptik tidak dipatuhi.
e.       Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
f.        Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
g.       Kelahiran secara bedah.
h.      Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri  oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes,  Eschericia coli  dan Fusobacterium necrophorum .Endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi , kelahiran kembar , serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.

C.      Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1.      Nyeri abdomen bagian bawah.
2.      Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3.      Kadang terjadi pendarahan.
4.      Dapat terjadi penyebaran :
a.       Miometritis
b.      Parametritis
c.       Salpingitis
d.      Ooforitis
e.       Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
(Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
1.      Takikardi 100-140 bpm.
2.      Suhu 30 – 40áµ’ celcius.
3.      Menggigil.
4.      Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
5.      Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
6.      Sub involusi.
7.      Distensi abdomen.
8.  Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen.
9.      Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10.  Jumlah sel darah putih meningkat.

D.     Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan yang terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.


E.      Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002),
1.      Endometritis akut (Terutama terjadi pada masa post partum / post abortus)
Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortus terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Tanda gejala :
a.       Demam
b.      Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent.
c.       Lochea lama berdarah, terjadi metrorrhagi.
d.      Kalau radang tidak menjalar ke miometrium atau parametrium tidak nyeri.
2.      Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak seberapa sering terjadi. Oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan pada:
a.       Pada tuberkulosis.
b.      Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c.       Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d.      Pada polip uterus dengan infeksi.
e.       Pada tumor ganas uterus.
f.        Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.

F.      Komplikasi
1.      Wound infection
2.      Peritonitis
3.      Adnexal infection.
4.      Parametrial phlegmon
5.      Abses pelvis
6.      Septic pelvic thrombophlebitis.

G.     Penatalaksanaan
Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum.
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)



SOAL-SOAL

Ny. Saskia 3 hari yang lalu baru saja melahirkan anaknya yang pertama. Persalinannya berjalan secara spontan. Pada saat ini, ia mengeluh nyeri perut bagian bawah, dan badannya terasa panas, lokhea purulan dan berbau. TD 100/70 mmHg, N : 100 X/menit, S : 380C, RR 24 X/menit. TFU 1 jari di bawah pusat.

Soal :
1. Diagnosis yang dapat ditegakkan pada kasus tersebut adalah…..
A.      Cervitis
B.      Peritonitis
C.      Endometritis
D.     Tromboplebitis
2. Pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan adanya….
A.      Hemolysis
B.      Hemodilusi
C.      Leukositosis
D.     Trombositopeni
3. Pada kasus tersebut di atas hendaknya ibu dalam posisi…..
A. Fowler
B. Terlentang
C. Miring kiri
D. Trendelernburg
4.   Pemberian Antibiotika pada kasus tersebut di atas hendaknya tetap diberikan sampai ibu tidak panas selama…..
A.      1 hari
B.      3 hari
C.      6 hari
D.     7 hari
5.      Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus tersebut, kecuali?
a.       Abses pelvis
b.      Peritonitis
c.       Wound infection
d.       Adnekxal infection
e.       Kanker cerviks



 









9 komentar:

  1. 1. bagaimanakah patofisiologi retensi fragmen plasenta dapat menyebabkan endometritis...??? kelompok 7 (luluk, destia, sabrina fajri)

    BalasHapus
  2. afwan mau tanya : apa maksud gambar pertama setelah judul? apakah gambar endometritis memang seperti itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf bu hannie, itu memang gambarnya salah..
      kesalahan editor,
      untuk gambar yg benar akan diupdate oleh admin.
      terimakasih atas koreksiannya..

      Hapus
    2. afwan untuk mba Hannie, seperti yg telah disamapaikan mba Ashfie, memang itu kesalahan dari admin dalam meng_upload gambar. . Insyaallah, segera kami revisi..

      Hapus
  3. @ bidan kelas A ...
    bismillah, terimakasih atas pertanyaan yg telah diberikan.
    kami mencoba untuk menjawab,,
    " dengan adanya retensi fragmen plasenta dapat menyebabkan subinvolusi pada endometrium(menghambat penyembuhan luka bekas tempat insersi plasenta), dan hal ini dapat menjadi porte d'entree bagi kuman-kuman patogen yang akhirnya menyebabkan infeksi pada endometrium"

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah mba nuzul menjawab pertanyaan yg mana nih?
      kalao menjawab pertanyaan yg pertama, ane setuju, sependapat deh...
      tapi ane mau nambahin boleh ya. ketika ada retensio fregmen plasenta yng tidak bisa dikeluarkan secara alamiah oleh tubuh atau tidak pula dapat diabsorbsi secara alamaiah oleh tubuh, maka fregmen plasenta akan menjadi nekrosis dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan timbulnya bakteri. nah timbulnya bakteri ini akan masuk melalui luka bekas insersi plasenta ( yang diatas diakatan sebagai port de entree) sehingga dapat menyebabkan proses terjadinya endomtritis. tentunya jika bakteri yang masuk adalah bakteri yang tidak begitu berbahaya (bakteri yang tidak begitu patogen)...
      seperti yang dijelaskan pada patofisiologi diatas itu lho...
      ups...
      nambah aja sih :)

      Hapus
    2. @mba hannie
      jazakillah atas tambahan ilmunya, sangat bermanfaat bagi kami...

      @mba nuzul,
      jazakillah y mba nuzul,udah menjawab pertanyaan yg ada..
      alhamdulillah,jadi punya tambahan ilmu...

      :)

      Hapus
    3. @ nuzul or ulfa (kelas A)
      terima kasih mba atas jawabannya ,,,
      pada penatalaksanaan endometritis salah satunya di berikan antibiotik, berapakah dosis antibiotik yang diberikan ,, dan jenis antibiotik apakah yang paling sering digunakan dalam penatalaksanaan endometritis ??

      Hapus
    4. Antibiotik untuk Profilaksis Endometritis Post Cesarean sebagai regimen terpilih adalah Cephalosporin : Cefazolin 1-2 gr segera sesudah penjepitan tali pusat, kemudian dosis ke dua 8 jam setelah dosis pertama.
      Kemudian untuk Treatment Endometritis adalah Antibiotika spektrum luas, yaitu Ampicillin 2 gr/6 jam, Gentamicin 5 gram/kg BB, dan Metronidazol 500 IV/8 jam.

      Hapus