Jumat, 09 November 2012

ALAT SCREENING



PERALATAN SCREENING


Dosen Pengampu
Marmi, SST













By:
Destia Rohami
Ria Rarasati
Ria Apri Susanti
Gendrowati



POGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MADANI SEMESTER V
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012



A.      Peralatan yang Digunakan Dalam Skrining
Dalam pelaksanaan screening test membutuhkan peralatan sesuai dengan diagnosis yang ditentukan. Beberapa contoh :
1.         USG untuk mendeteksi kelainan penyakit dalam perut, misalnya apendikitis, gastritis, deteksi kehamilan, dll.
2.         Tensimeter dan stetoskop untukpemeriksaan tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi.
3.         Pemeriksaan RO (Rontgen) untuk uji tapis penyakit TBC, paru, kelainan tulang, dll
4.         Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
5.         Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
6.         Stick test pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi penyakit diabetes mellitus
7.         Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
8.         DDST untuk screening tumbuh kembang anak, dll
9.         RAPID TEST untuk screening HIV, dll

B.       Cara Menyimpulkan Hasil Screening Test
Untuk menilai hasil screening dibutuhkan kriteria tertentu seperti berikut :
1.         Validasi
Validasi adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan individu yang benar-benar sakit terhadap yang sehat.Validasi mempunyai dua komponen :
a.         Sensitivitas
Sensivitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang sakit akan diklasifikasikan sebagai sakit.


b.        Spesifisitas
Spesifisitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang sehat akan diklasifikasikan sebagai sehat.Secara ideal, hasil test untuk screening harus 100% sensitif dan 100% spesifik, tetapi dalam praktik hal ini tidak pernah ada dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan spesivisitas. Bila hasil tes mempunyai sensivitas yang tinggi, maka akan diikuti spesivitas yang rendah, dan sebaliknya.

Hasil screening
Keadaan penderita
Sakit
Tidak sakit
Positif
a
b
Negatif
C
d
                    
                     Keterangan :
                     a  =  positif benar
                     b  =  positif palsu
                     c  =  negatif palsu
                     d  = negatif benar



 
                     Sensitivitas   =


      a
 
 
a +c
 
             =



 
                     Spesifisitas   =


      b
 
 
b + d
 
             =


Penilaian hasil screening dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut :
a.         Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “ya” atau “tidak”
b.        Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan spesifisitas setelah penyakit di diagnosis, sedangkan tujuan screening adalah mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan alat tes yang digunakan.

2.         Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu tes memberikan hasil yang sama / konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi :
a.         Variasi cara screening : stabilitas alat, fluktuasi keadaan (demam)
b.        Kesalahan / perbedaan pengamat: pengamat beda / pengamat sama dengan hasil yang beda.
Upaya meningkatkan reliabilitas :
a.         Pembakuan /standarisasi cara screening
b.        Peningkatan ketrampilan pengamat
c.         Pengamatan yang cermat pada setiap nilai pengamatan
d.        Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
e.         Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi / bertingkat.

3.         Derajat Screening (yield)
Yield adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti serta pengobatan dini.


C.       Intervensi Terapetik
Setelah diketahui hasil screening maka perlu dilakukan intervensi terapetik sesuai dengan kasus dan diagnosis screening.
Contoh-contoh intervensi terapetik :
1.         Untuk kasus TBC maka perlu intervensi pengobatan seperti INH, dll
2.         Untuk tekanan darah tinggi perlu intervensi terapetik pengaturan diit rendah garam, tinggi protein, pengaturan emosi, dll
3.         Untuk Ca serviks perlu intervensi terapetik kemoterapi, dll
4.         Untuk penyakit jantung perlu intervensi pemberian obat jantung, diit, dll
5.         Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan intervensi berupa stimulasi-stimulasi, penambahan gizi, terapi, dll
6.         Untuk HIV diperlukan intervensi



















CONTOH KASUS

Di suatu tempatprostitusi dilakukan skrining penyakit HIV terhadap 100 orang PSK. Dalam uji skrining tersebut, metode yang di gunakan adalah Rapid Test atau Uji Imunoserologi.

A.    Rapid Test
1.      Alat Dan Bahan:
a.       Seperangkat alat Rapid Test
b.      Spesimen darah (plasma /serum)

http://myhealing.files.wordpress.com/2010/12/oraquickstick.png?w=300&h=300http://myhealing.files.wordpress.com/2010/12/oraquick2.png?w=360&h=360

            http://myhealing.files.wordpress.com/2010/12/oraquickmukosa.png?w=500&h=200http://myhealing.files.wordpress.com/2010/12/oraquickdarah.png?w=500&h=300





B.       Uji imunoserologi
Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Alat d





1.         Alat dan bahan
a.         Specimen : serum, darah dan plasma.
b.        Tabung reaksi
c.         Pipet volume
d.        Miro pipet
2.         Metode ELISA (Enzyme Linked Imunosorbent Assay).
Pada pemeriksaan ELISA, apabila serum pasien mengandung antibody terhadap antigen dalam tabung, maka antibody tersebut akan berikatan dengan antigen dalam tabung. Setelah diinkubasi selama beberapa waktu, tabung dicuci untuk menyingkirkan komponen lain dalam serum dan kelebihan antibody yang tidak berikatan dengan antigen dalam tabung. Selanjutnya diteteskan secondary antibody, yaitu antibody terhadap antibody manusia. Secondary antibody akan berikatan dengan antibody pasien dalam tabung. Pada secondary antibody terdapat enzim yang mengkatalisis reaksi kimia substrat dan menimbulkan perubahan warna yang dapat dilihat dengan mata (gambar 1) (Yoveline dkk., 2008)

Gambar 1. Prinsip kerja metode ELISA

Penilaian serum pasien yang diperiksa dengan metode ELISA adalah positif, negative, atau indeterminate. Apabila hasil tes ELISA positif maka dilakukan pengulangan. Hasil positif  ELISA diulang sebanyak 2 kali, dan jika salah satu atau kedua tes ini reaktif, maka dilakukan tes konfirmasi dengan metode western blood untuk diagnosis akhir (Dipiro et al., 2008).

Gambar 2.Alur Pemeriksaan HIV dengan Metode ELISA
Metode ini mendeteksi antibody HIV-1 dengan sensitifitas dan spesivitas yang tinggi (>99%), tetapi dapat terjadi hasil positif palsu atau negative palsu (Dipiro et al., 2008). Positif palsu adalah kesalahan tes yang menunjukkan bahwa terdapat HIV pada pasien yang tidak terinfeksi, sedangkan negative palsu adalah kesalahan tes yang menunjukkan bahwa tidak terdapat HIV pada pasien yang terinfeksi. Positif palsu dapat terjadi pada perempuan yang telah melahirkan beberapa kali, orang yang baru mendapatkan vaksin hepatitis B, HIV, influenza, atau rabies, penerima tranfusi darah berulang, dan penderita gagal ginjal atau hati, atau sedang menjalani hemodialisa kronik. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila pasien baru terinfeksi, dan tes dilakukan sebelum pembentukan antibody yang adekuat (Wells et al., 2009). Oleh karena itu, membutuhkan waktu minimum untuk mengembangkan antibodi sekitar 3 sampai 4 minggu dari awal paparan, dengan lebih dari 95% individu mengembangkan antibodi setelah 6 bulan (Dipiro et al., 2008).

C.       Cara Menyimpulkan hasil
1.         Validasi

Penyakit  HIV
Total
Sakit
Tidak sakit
Test
positif
4
11
15
Negatif
6
79
85
total
10
90
100
      


Sensitivitas       =      x 100%   
                                 =      4 %
Spesifisitas        =     100%
                                 =      12,2 %

2.         Reliabilitas
Contoh :
jika dalam screening rapid tes untuk HIV pada 100 PSK di dapatkan hasil positif 10 orang dan negatif 90 orang secara berulang kali dengan hasil yang sama sedangkan pada tes berikutnya mendapat hasil positif 15 orang dan negatif 85 orang secara satu kali uji maka bisa disimpulkan hasil positif 10 orang dan negatif 90 orang yang lebih stabil karena dilakukan secara berulang dan mendapatkan hasil yang sama.

3.         Derajat Screening (yield)
Contoh :
Dari 100 orang yang dilakukan screening HIV didapatkan hasil positif 10 orang maka tanpa dilakukan tes ulang langsung di tegakkan diagnosis HIV pada 10 orang tersebut dan segera dilakukan pengobtan dini meskipun 10 orang tersebut belum menunjukkan gejala HIV.

D.      Intervensi Terapetik HIV
Secara konseptual, ada tiga metode utama dari intervensi terapeutik terhadap HIV :
1.      penghambatan replikasi virus
2.      vaksinasi untuk menstimulasi respon imun yang lebih efektif, dan
3.      pemulihan sistem kekebalan tubuh dengan imunomodulator.

SOAL EPIDEMIOLOGI
PERALATAN YANG DI GUNAKAN DALAM SKRINING

KELOMPOK V

1.       Secara umum peralatan yang di gunakan dalam skrining adalah:
a.      USG untuk mendeteksi kelainan penyakit dalam perut, misalnya apendikitis, gastritis, deteksi kehamilan, dll.
b.      Tensimeter dan stetoskop untuk pemeriksaan tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi.
c.       Pemeriksaan RO (Rontgen) untuk uji tapis penyakit TBC, paru, kelainan tulang, dll
d.      Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
e.      Benar semua
JAWABAN/: E
2.      Untuk menilai hasil screening dibutuhkan kriteria tertentu seperti berikut :
a.      Validasi
b.      Reliabilitas
c.       Derajat screening Yield
d.      A, b, dan c benar
e.      A saja yang benar
JAWABAN : D
3.      Kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan individu yang benar-benar sakit terhadap yang sehat di sebut sebagai upaya skrining secara:
a.      Validasi
b.      Reliabilitas
c.       Sensifitas
d.      Spesifisitas
e.      Realitas
JAWABAN: A

4.      Kemampuan suatu tes memberikan hasil yang sama / konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama,disebut sebagai upaya screening secara:
a.      Validitas
b.      Reliabilitas
c.       Sensivitas
d.      Spesifisitas
e.      Realitas
JAWABAN: B
5.      Pengambilan sample dalam melakukan screening dengan cara kemungkinan mengambil/ menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti serta pengobatan dini.
Hal ini merupakan langkah screening secara:
a.      Validasi
b.      Reliabilitas
c.       Derajat screening Yield
d.      Sensifitas
e.      Spesifisitas
JAWABAN : C





Tidak ada komentar:

Posting Komentar