PERALATAN SCREENING
Dosen Pengampu
Marmi, SST
By:
Destia Rohami
Ria Rarasati
Ria Apri Susanti
Gendrowati
POGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MADANI
SEMESTER V
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
A. Peralatan yang Digunakan Dalam Skrining
Dalam pelaksanaan screening test
membutuhkan peralatan sesuai dengan diagnosis yang ditentukan. Beberapa contoh
:
1.
USG
untuk mendeteksi kelainan penyakit dalam perut, misalnya apendikitis,
gastritis, deteksi kehamilan, dll.
2.
Tensimeter
dan stetoskop untukpemeriksaan tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi.
3.
Pemeriksaan
RO (Rontgen) untuk uji tapis penyakit TBC, paru, kelainan tulang, dll
4.
Mammografi
untuk mendeteksi ca mammae
5.
Pap
smear untuk mendeteksi ca cervix
6.
Stick
test pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi penyakit diabetes mellitus
7.
Pemeriksaan
EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
8.
DDST
untuk screening tumbuh kembang anak, dll
9.
RAPID TEST untuk screening HIV, dll
B. Cara Menyimpulkan Hasil Screening Test
Untuk menilai hasil screening dibutuhkan
kriteria tertentu seperti berikut :
1.
Validasi
Validasi
adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan individu yang benar-benar
sakit terhadap yang sehat.Validasi mempunyai dua komponen :
a.
Sensitivitas
Sensivitas mengacu pada
peluang bahwa seorang individu yang sakit akan diklasifikasikan sebagai sakit.
b.
Spesifisitas
Spesifisitas mengacu
pada peluang bahwa seorang individu yang sehat akan diklasifikasikan sebagai
sehat.Secara ideal, hasil test untuk screening harus 100% sensitif dan 100%
spesifik, tetapi dalam praktik hal ini tidak pernah ada dan biasanya
sensitivitas berbanding terbalik dengan spesivisitas. Bila hasil tes mempunyai
sensivitas yang tinggi, maka akan diikuti spesivitas yang rendah, dan
sebaliknya.
Hasil
screening
|
Keadaan
penderita
|
|
Sakit
|
Tidak
sakit
|
|
Positif
|
a
|
b
|
Negatif
|
C
|
d
|
Keterangan :
a
= positif benar
b = positif
palsu
c = negatif
palsu
d = negatif benar
Sensitivitas
=
|
|
Spesifisitas
=
|
|
Penilaian hasil screening dengan
menghitung sensitivitas dan spesifisitas mempunyai beberapa kelemahan sebagai
berikut :
a.
Tidak semua
hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “ya” atau “tidak”
b.
Perhitungan
ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan
spesifisitas setelah penyakit di diagnosis, sedangkan tujuan screening adalah
mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan alat
tes yang digunakan.
2.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu tes
memberikan hasil yang sama / konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali
pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi :
a.
Variasi
cara screening : stabilitas alat, fluktuasi keadaan (demam)
b.
Kesalahan
/ perbedaan pengamat: pengamat beda / pengamat sama dengan hasil yang beda.
Upaya
meningkatkan reliabilitas :
a.
Pembakuan /standarisasi cara screening
b.
Peningkatan
ketrampilan pengamat
c.
Pengamatan
yang cermat pada setiap nilai pengamatan
d.
Menggunakan
dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
e.
Memperbesar
klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi /
bertingkat.
3.
Derajat
Screening (yield)
Yield adalah kemungkinan menjaring
mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakkan
diagnosis pasti serta pengobatan dini.
C. Intervensi Terapetik
Setelah diketahui hasil screening maka
perlu dilakukan intervensi terapetik sesuai dengan kasus dan diagnosis
screening.
Contoh-contoh
intervensi terapetik :
1.
Untuk
kasus TBC maka perlu intervensi pengobatan seperti INH, dll
2.
Untuk
tekanan darah tinggi perlu intervensi terapetik pengaturan diit rendah garam,
tinggi protein, pengaturan emosi, dll
3.
Untuk
Ca serviks perlu intervensi terapetik kemoterapi, dll
4.
Untuk
penyakit jantung perlu intervensi pemberian obat jantung, diit, dll
5.
Untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan intervensi berupa
stimulasi-stimulasi, penambahan gizi, terapi, dll
6.
Untuk HIV diperlukan intervensi
CONTOH KASUS
Di suatu tempatprostitusi dilakukan skrining penyakit HIV
terhadap 100 orang PSK. Dalam uji skrining tersebut, metode yang di gunakan
adalah Rapid Test atau Uji Imunoserologi.
A.
Rapid Test
1.
Alat Dan Bahan:
a.
Seperangkat alat Rapid Test
b.
Spesimen darah (plasma /serum)
B. Uji imunoserologi
Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Alat d
1.
Alat dan bahan
a.
Specimen : serum, darah dan plasma.
b.
Tabung reaksi
c.
Pipet volume
d.
Miro pipet
2.
Metode
ELISA (Enzyme Linked Imunosorbent Assay).
Pada pemeriksaan ELISA, apabila serum
pasien mengandung antibody terhadap antigen dalam tabung, maka antibody
tersebut akan berikatan dengan antigen dalam tabung. Setelah diinkubasi selama
beberapa waktu, tabung dicuci untuk menyingkirkan komponen lain dalam serum dan
kelebihan antibody yang tidak berikatan dengan antigen dalam tabung.
Selanjutnya diteteskan secondary antibody, yaitu antibody terhadap antibody
manusia. Secondary antibody akan berikatan dengan antibody pasien dalam tabung.
Pada secondary antibody terdapat enzim yang mengkatalisis reaksi kimia substrat
dan menimbulkan perubahan warna yang dapat dilihat dengan mata (gambar 1)
(Yoveline dkk., 2008)
Gambar 1. Prinsip kerja metode ELISA
Penilaian
serum pasien yang diperiksa dengan metode ELISA adalah positif, negative, atau
indeterminate. Apabila hasil tes ELISA positif maka dilakukan pengulangan.
Hasil positif ELISA diulang sebanyak 2
kali, dan jika salah satu atau kedua tes ini reaktif, maka dilakukan tes
konfirmasi dengan metode western blood untuk diagnosis akhir (Dipiro et al.,
2008).
Gambar 2.Alur Pemeriksaan HIV dengan Metode ELISA
Metode ini mendeteksi antibody HIV-1
dengan sensitifitas dan spesivitas yang tinggi (>99%), tetapi dapat terjadi
hasil positif palsu atau negative palsu (Dipiro et al., 2008). Positif palsu
adalah kesalahan tes yang menunjukkan bahwa terdapat HIV pada pasien yang tidak
terinfeksi, sedangkan negative palsu adalah kesalahan tes yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat HIV pada pasien yang terinfeksi. Positif palsu dapat
terjadi pada perempuan yang telah melahirkan beberapa kali, orang yang baru
mendapatkan vaksin hepatitis B, HIV, influenza, atau rabies, penerima tranfusi
darah berulang, dan penderita gagal ginjal atau hati, atau sedang menjalani
hemodialisa kronik. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila pasien baru
terinfeksi, dan tes dilakukan sebelum pembentukan antibody yang adekuat (Wells
et al., 2009). Oleh karena itu, membutuhkan waktu minimum untuk mengembangkan
antibodi sekitar 3 sampai 4 minggu dari awal paparan, dengan lebih dari 95%
individu mengembangkan antibodi setelah 6 bulan (Dipiro et al., 2008).
C.
Cara Menyimpulkan hasil
1.
Validasi
Penyakit HIV
|
Total
|
|||
Sakit
|
Tidak sakit
|
|||
Test
|
positif
|
4
|
11
|
15
|
Negatif
|
6
|
79
|
85
|
|
total
|
10
|
90
|
100
|
Sensitivitas
= x 100%
= 4 %
Spesifisitas = 100%
= 12,2 %
2.
Reliabilitas
Contoh :
jika dalam screening rapid tes untuk HIV pada 100 PSK di dapatkan hasil
positif 10 orang dan negatif 90 orang secara berulang kali dengan hasil yang
sama sedangkan pada tes berikutnya mendapat hasil positif 15 orang dan negatif 85
orang secara satu kali uji maka bisa disimpulkan hasil positif 10 orang dan
negatif 90 orang yang lebih stabil karena dilakukan secara berulang dan
mendapatkan hasil yang sama.
3.
Derajat
Screening (yield)
Contoh :
Dari 100 orang
yang dilakukan screening HIV didapatkan hasil positif 10 orang maka tanpa
dilakukan tes ulang langsung di tegakkan diagnosis HIV pada 10 orang tersebut
dan segera dilakukan pengobtan dini meskipun 10 orang tersebut belum
menunjukkan gejala HIV.
D. Intervensi Terapetik HIV
Secara konseptual,
ada tiga metode utama dari intervensi terapeutik terhadap HIV :
1.
penghambatan replikasi virus
2.
vaksinasi untuk menstimulasi respon imun yang lebih efektif, dan
3.
pemulihan sistem kekebalan tubuh dengan imunomodulator.
SOAL EPIDEMIOLOGI
PERALATAN YANG DI GUNAKAN DALAM SKRINING
KELOMPOK V
1. Secara umum peralatan yang di gunakan dalam
skrining adalah:
a.
USG untuk mendeteksi kelainan
penyakit dalam perut, misalnya apendikitis, gastritis, deteksi kehamilan, dll.
b.
Tensimeter dan stetoskop untuk pemeriksaan
tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi.
c.
Pemeriksaan RO (Rontgen) untuk uji
tapis penyakit TBC, paru, kelainan tulang, dll
d.
Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
e.
Benar semua
JAWABAN/: E
2.
Untuk menilai hasil screening dibutuhkan
kriteria tertentu seperti berikut :
a.
Validasi
b.
Reliabilitas
c.
Derajat screening Yield
d.
A, b, dan c benar
e.
A saja yang benar
JAWABAN : D
3.
Kemampuan dari test penyaringan untuk
memisahkan individu yang benar-benar sakit terhadap yang sehat di sebut sebagai
upaya skrining secara:
a.
Validasi
b.
Reliabilitas
c.
Sensifitas
d.
Spesifisitas
e.
Realitas
JAWABAN: A
4. Kemampuan
suatu tes memberikan hasil yang sama / konsisten bila tes diterapkan lebih dari
satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama,disebut sebagai upaya
screening secara:
a.
Validitas
b.
Reliabilitas
c.
Sensivitas
d.
Spesifisitas
e.
Realitas
JAWABAN: B
5. Pengambilan
sample dalam melakukan screening dengan cara kemungkinan mengambil/ menjaring
mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakkan
diagnosis pasti serta pengobatan dini.
Hal ini merupakan langkah screening secara:
a.
Validasi
b.
Reliabilitas
c.
Derajat screening Yield
d.
Sensifitas
e.
Spesifisitas
JAWABAN : C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar