Jumat, 09 November 2012

BENTUK WABAH




BENTUK-BENTUK WABAH
Dosen Pengampu : Marmi, S.ST



 


Kelompok I :
ATIK NUR AZIZAH                        (M10.02.0018)
EMI ROSILLA                                  (M10.02.0049)
LULUK SOFIA                                 (M10.02.0028)
SHOIMATUL HANIFAH                 (M10.02.0065)
SRI MULYANI                                 (M10.02.0040)

PRORAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
A.      PENGERTIAN WABAH
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No 4. Tahun 1984).
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

B.     BENTUK- BENTUK WABAH
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita dengan penyakit yang sama, dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
1.      Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.
Contoh : Penyakit kolera.
2.      Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas
.
Contoh : penyakit influenza (1957) dan cholera el for (1962)
3.      Endemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
Contoh : penyakit malaria dan kaki gajah
C.    CONTOH WABAH
1.      Polio
Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas pada tahun 1955.
2.      Cacar (variola vera)
Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat khusus untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua bentuk klinis dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum, ditandai dengan ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar memiliki tingkat kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa berakibat fatal. Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini kurang parah, dengan angka kematian historis dari 1% atau kurang.
3.      Kolera
Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Pengobatan primer dengan larutan rehidrasi oral dan jika ini tidak bisa mengatasinya maka harus dilakukan injeksi cairan elektrolit intravena. Antibiotik bisa diberikan pada pasien dengan kondisi parah.

D.    KASUS WABAH KOLERA

Wabah Kolera di Haiti Sudah Tewaskan 1.000 Orang


Wabah kolera di Haiti makin mengkhawatirkan dunia internasional. Hingga Rabu (17/11) sudah menewaskan lebih dari 1.000 orang. Demikian pejabat kesehatan setempat.
Menurut pemerintah Haiti, masih ada 16.800 orang menjalani perawatan di Port au Prince, ibukota Haiti, demikian dikutip xinhuanet. Jumlah korban meninggal akan terus bertambah seiring banyaknya orang yang dalam keadaan akut walau sudah mendapat perawatan. Dalam sehari bisa bertambah 80 orang danmakin mengkhawatirkan. PBB sudah memberikan bantuan mencapai Rp 1,64 triliun untuk mengatasi wabah kolera di Haiti yang sudah menjangkiti 10 distrik atau provinsi. Padahal di ibukota Haiti sendiri, masih ada 1,1 juta pengungsi akibat gempa beberapa waktu lalu.
Penyakit kolera (cholera) merupakan penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini masuk dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.  Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut  hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat mengakibatkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern.  Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang  kontak dengan air tersebut berisiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera. Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti.  Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare dialami.
Gejala Kolera :
1.      Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
2.      Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
3.      Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
4.      Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
5.      Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
6.      Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
7.      anyaknya cairan yang keluar akan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.

Penanganan yang cepat dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah.  Lebih 50% kasus kolera yang akut tidak tertolong.

E.     EPIDEMIOLOGI KOLERA

1.      Penyakit Kolera (Cholera)
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kemudian, bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus.
Infeksi bakteri tersebut biasanya ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Bagi penderita, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma tubuh. Jika tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.

2.      Penularan Penyakit Kolera
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia. Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit kolera. Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang memadai. Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1991, penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu terbukti berperan sebagai media penularan kolera.
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan, yang apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan. Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerang-kerangan (shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di Amerika Serikat, kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus kolera yang muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.



3.      Gejala dan Tanda Penyakit Kolera
Pada orang yang fecesnya ditemukan bakteri kolera, mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti. Tetapi saat terjadinya serangan infeksi, maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yang dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah :
a.       Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
b.      Feces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
c.       Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d.      Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
e.       Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
f.       Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
g.      Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti : detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hipotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.   

4.      Pencegahan Penyakit Kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, serangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

5.      Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera
`Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal (terapi rehidrasi agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
Selain itu, untuk menangani penyakit kolera ini juga dapat dilakukan disinfeksi serentak terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain) serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi sebelumnya.
Pada kondisi  tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).


1 komentar:

  1. informasi yang bermanfaat, terimakasih banyak..

    http://obatasliindonesia.com/pengobatan-diare-herbal-terbaik/

    BalasHapus