Selasa, 06 November 2012

Pelviksitis


PELVIKSITIS
Posted by
Marvella Ramadhani. D dan Dinis Silvia Amir

PENGERTIAN
Infeksi pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uterus, tuba falopii atau ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen. Organisme-organisme ini biasanya bakteri, mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan.
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

PENYEBAB
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

FAKTOR RESIKO
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya

TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam; keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau yang abnormal; timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam; nyeri senggama; nyeri saat buang air kecil; menstruasi yang tidak teratur; kram perut saat menstruasi; terjadi perdarahan hebat saat menstruasi; nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah; serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata. Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung beberapa minggu.

Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai penyakit radang pelvis (PID) sering merupakan suatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan ovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :
1.    Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
2.    jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.

Infeksi pelvis dapat dipisahkan ke dalam tiga kategori dasar.
1.    Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan postabortus  serta infeksi postpartum.
2.    infeksi postoperatif biasanya berkembang dari organisme-organisme yang terbawa ke dalam tempat operasi dari kulit, vagina atau yang lebih jarang dari traktus gastrointestinalis sewaktu pembedahan.
3.    infeksi pelvis yang terjadi pada pasien yang tidak hamil tanpa didahului pembukaan bedah rongga abdomen atau endometrium.
Bakteri yang biasanya bertanggung jawab terhadap infeksi pelvis adalah organisme eksogen (diperoleh dari masyarakat atau rumah sakit) atau organisme endoogen (normal ditemukan dalam saluran genital wanita atau saluran usus). Biasanya tidak patogen, namun organisme endogen ini dapat menjadi patogen pada keadaan di mana ketahanan pejamu berubah. Infeksi pelvis akut sering etiologinya polimikrobial, infeksi campuran mikroorganisme aerob dan anaerob.

Resistensi pejamu terhadap infeksi tampaknya menurun setelah abortus, melahirkan, pembedahan, pecah ketuban yang memanjang dan trauma. Faktor-faktor presdiposisi lainnya dari infeksi pelvis meliputi pemakaian AKDR, produk konsepsi yang tertinggal, mentrusasi dan salpingitis gonokokus sebelumnya. Infeksi anaerob spesimen yang memadai untuk biakan anaerob meliputi darah, cairan kavum douglasi, dan aspirasi abses. Sangat penting bahwa spesimen dikirimkan ke laboratorium bakterologi dalam suatu medium transpor yang telah direduksi sebelumnya arau dalam spuit bertutup bebas udara
Infeksi bakteroides dicurigai apabila terdapat keadaan-keadaan berikut :
1.    Infeksi sistemik yang menulitkan manipulasi traktur gastrointestinalis atau oragan pelvis wanita.
2.    Eksudar berbau busuk yang mengadung basil garam negatif yang tidak berhasil tumbuh dalam biakan aerob rutin.
3.    Adanya gas didalam abses.
4.    Adanya tromboflebitis septik pevis dan atau embolis septik.
5.    Tidak ada respon terhadap antibiotik bakterisidal yang lazim digunakan.
6.    Adaya garam negatif, batang plemorfik yang buruk menyerap warna terutama bila sejumlah mikroorganisme tersebut intrasuler.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.

PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.
Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :
1.    Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
2.    Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
3.    Terapi antibiotik lainya.
4.    Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
5.    Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan masyarakat.
6.    Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas.

Contoh regimen kombinasi yang dianjurkan adalah :
1.    Doksisiklin (600 mg, IV, dua kali sehari) dengan sefeksitis (2,0 gr, IV, empat kali sehari) memberikan pengamatan terhadap N. Gonorrhoeae, meliputi PPNG, dan c. Trachomatis, akan tetap tidak memberikan pengobatan optimal terhadap anaerob, masa pelvis atau infeksi pelvis yang berkaitan dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
2.    Klindamisin (600 mg, IV, empat kali sehari) dengan gentamisin atau tobramisis (2,0 mg/kg, IV, diikuti dengan 1,5 mg.kg, IV, tiga kali sehari pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal) dapat memberikan aktivitas optimal terhadap bakteri anaerob dan batang garam negatif fakultatif, tetapi tidak memberikan aktivitas optimal terhadap C. Tracformatif dan N. Gonorrhoeae.
3.    doksisiklin (100 mg, IV, dua kali sehari) dengan metronidazol (1,0 g, IV, dua kali sehari) memberikan penanganan yang baik tehadap anaerob dan C. Trachomatis.

KOMPLIKASI
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini T\mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.

PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul.
Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.


SOAL_SOAL
1.      Komplikasi yang terjadi pada Penyakit radang panggul, kecuali..
A.   Kehamilan ektopik
B.   Infertilitas
C.   Kehamilan abnormal
D.   Abortus
E.   Persalinan normal

2.      Pada penyakit pelviksitis yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes dapat diberikan terapi...
A.   Antibiotik kloropenikal
B.   Antibiotik pinisilin G
C.   Antibiotik amphisilin
D.   Antibiotik pinisilin e
E.   Antibiotik propanolol

3.      Proses apa yang dapat memudahkan kuman atau bakteri masuk, sehingga terjadinya peradangan pada pelvik ?
A.   Proses menstruasi
B.   Proses ovulasi
C.   proses bernapas
D.   proses metabolisme
E.   proses pencernaan

4.      Ada beberapa yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya pelviksitis, kecuali...
A.   Wanita dengan pasangan yang berganti
B.   Penggunaan kb spiral
C.   Menggunakan douche beberapa kali dalam sebula
D.   Menggunakan suntik
E.   Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS

5.      Seorang ibu datang ke klinik dan mengeluh demam; keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau yang abnormal; timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam; nyeri senggama; nyeri saat buang air kecil; menstruasi yang tidak teratur; kram perut saat menstruasi; terjadi perdarahan hebat saat menstruasi; nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah; serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Dengan keluhan tersebut didapatkan diagnosis
A.   Pelviksitis
B.   Uretrasitis
C.   Vulvasitis
D.   Artritis
E.   Vaginasitis




17 komentar:

  1. pada tanda gejala di atas disebutkan "dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung beberapa minggu". yang ingin kami tanyakan adalah kenapa bisa terjadi anemia, bagaimana patofisiologinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaannya,
      menurut literatur yang kami baca.
      ditemukan anemia, jika abses pelvic pecah akan menyebabkan perdarahan atau spotting diluar siklus menstruasi. dan hal tersebut dapat terjadi dalam waktu jangka yang panjang.

      Hapus
  2. literaturnya bagus mba, tapi boleh tanya ya mba, soalnya ada yang belum ana mengerti: dikatakan bahwa
    " organisme endogen ini dapat menjadi patogen pada keadaan di mana ketahanan pejamu berubah."
    "Resistensi pejamu terhadap infeksi tampaknya menurun setelah abortus, melahirkan, pembedahan, pecah ketuban yang memanjang dan trauma."
    pertanyaan ana :
    bagaimanakah proses abortus, melahirkan, pembedahan, pecah ketuban yang memanjang dan trauma, dapat menurunkan resistensi penjamu terhadap infeksi?
    makasih atas penjelasannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. afwan mba hannie, bisa dipersingkat mengenai pertanyaan yang dimaksud. terima kasih

      Hapus
  3. afwan, mw tnya nii.
    disebutkan pada materi diatas bahwa "Infeksi bakteroides dicurigai apabila terdapat keadaan-keasaan yang salah adalah adanya gas didalam abses".. yg sya mw tnyakan, bgaimna cara mengetahui adanya gas dlam abses tersebut?
    sukron.

    BalasHapus
    Balasan
    1. adanya gas dalam abses bisa dilihat melalui usg, jadi gas didalam abses merupakan massa. kerena abses pelvic itu kandungannya berupa cairan.

      Hapus
  4. faktor resiko pd pelvicsitis di atas disebutkan salah satunya adalah penggunaan douche (cairan pembersih vagina)..
    yang ingin kami tanyakan sebaiknya berapa kali penggunaan douche itu dalam satu bulannya??
    terimkasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh ya coba berbagi pendapat :kalau dalam keadaan genitalia yang normal, setahu ana dari bebrapa litertur yang ana baca, sebaiknya douche dilakukan pada saat menstruasi, cukup dua hari sekali. namun dilarang menggunakan bahan yang menyebabkan iritasi. atau bila tidak ada keluhan sebaiknya hindari deh, cairan2 sperti itu. apalagi tertarik menggunakan karena iklan...

      Hapus
    2. menurut literatur yang ada.
      penggunaan vaginal douche yang bersifat antiseptika tidak hanya akan membunuh kuman jahat, tapi juga kuman baik yang ada di sekitar daerah kewanitaan. Bahkan cairan antiseptik yang disemprotkan hingga ke serviks itu, bisa mendorong kuman masuk ke dalam rahim. “Bukannya sehat, bakteri yang terdorong masuk ke dalam rahim justru dapat menyebabkan infeksi seperti radang panggul, infeksi rahim dan sumbatan saluran telur. penggunaan vaginal douche dapat mengganggu ekosistem daerah kewanitaan. “Penggunaannya harus dibawah pengawasan ketat dokter, nggak bisa sembarangan.”

      Hapus
  5. maaf.. pngen tanya lagi ya??
    bagaimana patofisiologinya lendir servikal pada wanita yang berumur dapat lebih tebal di banding pada wanita muda dan remaja???

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh juga berpendapt nih :)
      semua berkaitan dengan fungsi anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan hormonal wanita dewasa lebih matang dan telah berfungsi dengan baik.

      Hapus
    2. benar sekali.. bahwa semakin bertambah umur seseorang maka semua organ dalam tubuh mengalami kematangan.

      Hapus
  6. maaf mw tanya
    diatas dijelaskan bhwa wanita muda lendir servikalnya lebih tipis dan rentan terkena pelviksitis,,, bkankah wanita muda yg seksualnya aktif itu lendir serviknya lebih banyak dibanding wanita yg sdh berumur??
    mohon penjelasannya
    trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf mba, bukan masalah banyak lendir atau tidak , tapi tipis atau tebalnya lendir tersebut.

      Hapus
    2. oh bgt,,baiklah trimakasih atas jwbannya

      Hapus
  7. ma'af mba..mau nanya lagi....

    di atas di sebutkan, Eksudar berbau busuk yang mengadung basil garam negatif yang tidak berhasil tumbuh dalam biakan aerob rutin.
    eksudar itu apa ya mba??

    BalasHapus
    Balasan
    1. ok, admin mencoba menjawabnya mba.
      campuran serum atau sel yang rusak yang keluar dari pembuluh darah ke jaringan akibat radang

      Hapus