LANGKAH PENYELIDIKAN WABAH
Dosen Pengampu : Marmi, S.ST
Kelompok II :
DEWI
BIDAYATUL ROHMAH (M10.02.0020)
JULIA ISTIQOMAH (M10.02.0054)
MARVELLA RAMADHANI (M10.02.0029)
NADIA SWASTIKA (M10.02.0073)
SRIMIATUN (M10.02.0041)
PRORAM STUDI D-III
KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
LANGKAH INVESTIGASI
WABAH
Langkah melakukan investigsi wabah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sistemik yang terdiri dari :
1. Persiapan
Investigasi di Lapangan
Persiapan dapat dikelompokkan dalam
3 kategori yaitu:
a.
Investigasi :
pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat
b.
Administrasi:
prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan
c.
Konsultasi:
peran masing – masing petugas yang turun kelapangan
2. Pemastian
Adanya Wabah
Dalam mementukan apakah wabah,
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Dengan
membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan
sebelumnya.
b.
Menentukan
apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
c.
Sumber informasi
bervariasi bergantung pada situasinya
Catatan
hasil surveilans
1) Catatan
keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
2) Bila
data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data
nasional.
3) Boleh
juga dilaksanakan survey di masyarakat (menentukan kondisi penyakit yang
biasanya ada).
d.
Pseudo endemik (jumlah
kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):
1) Perubahan
cara pencatatan dan pelaporan penderita
2) Adanya
cara diagnosis baru
3) Bertambahnya
kesadaran penduduk untuk berobat
4) Adanya
penyakit lain dengan gejala yang serupa
5) Bertambahnya
jumlah penduduk yang rentan
3. Pemastian
Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus
dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a.
Untuk memastikan
bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b.
Untuk
menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang
dilaporkan
c.
Semua temuan
klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi
d.
Kunjungan
terhadap satu atau dua penderita
4. Pembuatan
Definisi Kasus
Pembuatan definisi kasus adalah
seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat
diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat,
dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin
(probable), meragukan (possible), sensivitas dan spesifitas.
5. Penemuan
dan Penghitungan Kasus
Metoda untuk menemukan kasus yang
harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan
yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan dari setiap
kasus :
a.
Data
identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
b.
Data demografi (umur,
jenis kelamin, ras, dan pekerjaan)
c.
Data klinis
d.
Faktor risiko,
yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
e.
Informasi
pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik
6. Epidemiologi
Deskriptif
a.
gambaran wabah
berdasarkan waktu
Perjalanan
wabah berdasarkan waktu digambarkan dengan grafik histogram yang berbentuk
kurva epidemic, gambaran ini membantu :
1) Memberi
informasi sampai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya
2) Memperkirakan
kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila
telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
3) Menarik
kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber
tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya,
Kemungkinan
periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
1) Mencari
masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2) Menentukan
puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi
rata-rata
3) Dari
kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek
Masa
inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya
gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat bila penyakit belum
diketahui sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode
pemaparan. Cara menghitung median masa inkubasi :
1) Susunan
teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
2) Buat
frekuensi kumulatifnya
3) Tentukan
posisi kasus paling tengah
4) Tentukan
kelas median
5) Median
masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan
kasus median
b.
gambaran wabah
berdasarkan tempat
Gambaran
wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik
ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang menggambarkan
distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun
mengabaikan populasi.
c.
Gambaran wabah
berdasarkan ciri orang
Variable
orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Misalnya
karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau
berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)
7. Pembuatan
Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis
suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens
penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.
a.
Mempertimbangkan
apa yang diketahui tentang penyakit itu:
Apa
reservoir utama agen penyakitnya?
Bagaimana
cara penularannya?
Bahan
apa yang biasanya menjadi alat penularan?
Apa
saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b.
Wawancara dengan
beberapa penderita
c.
Mengumpulkan
beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.
d.
Kunjungan rumah
penderita
e.
Wawancara dengan
petugas kesehatan setempat
f.
Epidemiologi
diskriptif
8. Penilaian
Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan,
hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari 3 cara
a.
Dengan
membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
b.
Dengan analisis
epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran
kebetulan.
c.
Uji kemaknaan
statistik, Kai kuadrat.
9. Perbaikan
hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan
akan mengikuti hal dibawah ini
a.
Penelitian
Epidemiologi (epidemiologi analitik)
b.
Penelitian
Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan (pemeriksaan tempat pembuangan
tinja)
10. Pengendalian
dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya
dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah
sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata
rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin
diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
11. Penyampaian
Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan
dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di
hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan
pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian penyelidikan diantaranya
a.
Laporan harus
jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan
b.
Sampaikan
hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah
c.
Laporan lisan
harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan,
dan saran)
d.
Merupakan cetak
biru untuk mengambil tindakan
e.
Merupakan
catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan
apabila terjadi hal yang sama di masa datang.
Contoh kasus
DEMAM
BERDARAH
A. Latar
belakang
Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi
mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan
(bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah),
ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan
lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan
laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan
trobositopeni (trombosit < 100.000/mm3).
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan
kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia
pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya
bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi
di berbagai daerah di Indonesia.
DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah,
sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular
tersebut.
Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas
Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita
DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi
oleh tim penyelidikan KLB/wabah DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama
dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio
dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan
terjadinya KLB/wabah DBD di desa tersebut.
B. TUJUAN
PENYELIDIKAN
1.
Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan
dan pengendalian wabah DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan
Desa Oyom.
2.
Tujuan Khusus
a)
Memastikan kebenaran kasus wabah DBD yang
dilaporkan dan luasnya penyebaran
b)
Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya
penyebarluasan penyakit DBD di lokasi
c)
Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran
alternative pencegahan
d)
Melakukan penanggulangan DBD di lokasi
C. HASIL
PENYELIDIKAN
Analisis Situasi
Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan
bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga
merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan
jumlah penduduk adalah sebagai berikut :
Desa
|
Jumlah
|
Total
(Jiwa)
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
||
Sibea
|
786
|
711
|
1,497
|
Oyom
|
1,138
|
1,012
|
2,150
|
Lampasio
|
986
|
898
|
1,884
|
Tinading
|
1,131
|
1,064
|
2,195
|
Jumlah
|
4,131
|
3,685
|
7,816
|
…………………………………Sumber : Data sekunder
Puskesmas Lampasio
dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Baolan.
- Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.
Lokasi kejadian KLB/wabah
berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio
Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan
dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan
penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program
dan lintas sektor,
yaitu :
Lintas Program di
lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli :
1) Kasie Sepim Kesma Dinkes
Kab Toli-Toli.
2) Pengelola Surveilans
Dinkes Kab. Toli-Toli.
3) Pengelola DBD Dinkes
Kab. Toli-Toli.
4) Tim Investigasi
Puskesmas Lampasio
Lintas Sektor Terkait
: Pemerintah
setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).
D. Pemastian
diagnosis
Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang
muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa
orang penderita yang sedang dirawat. Pemeriksaan sediaan darah dengan
menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan
Puskesmas Lampasio.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD,
dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB/wabah
DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab.
Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011
No.
|
Gejala
Klinis
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Demam
|
44
|
100
|
2
|
Sakit
Ulu Hati
|
7
|
15,9
|
3
|
Torniket
|
0
|
0
|
4
|
Perdarahan
|
31
|
70,5
|
5
|
Muntah
|
7
|
15,9
|
6
|
Shock
|
0
|
0
|
7
|
Batuk
|
20
|
45,5
|
Sumber : Data primer
Hasil Investigasi Lapangan.
Dari tabel diatas
terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %)
, Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini
merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh
virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti.
E. Pemastian
KLB
Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang
berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah
administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap
wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan
bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis
pola minimum-maksimum kasus DBD bulanan maupun mingguan dengan pembanding
kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola
maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah
berjangkit KLB/wabah DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :
- Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.
- Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya.
- Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Dari hasil investigasi
diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada
grafik berikut :
Grafik 1. Kasus DBD
menurut Tanggal Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom
Bulan Mei Tahun 2011
Sumber : Data primer
Hasil Investigasi Lapangan
Kriteria KLB ini
ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila
memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara
bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal 3
– 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu
sebelumnya.
F.
Analisis Epidemiologi
1.
Distribusi menurut orang
Distribusi penderita DBD
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok
umur di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan
Maret Tahun 2011.
No
|
Kelompok
Umur (Thn)
|
Jumlah
Kasus
|
CFR
(%)
|
|
Sakit
|
Mati
|
|||
1
|
≤
12
|
22
|
0
|
0
|
2
|
13
– 24
|
2
|
1
|
50
|
3
|
25
– 36
|
6
|
0
|
0
|
4
|
37
– 48
|
13
|
0
|
0
|
5
|
>
49
|
1
|
0
|
0
|
Jumlah
|
44
|
0
|
0
|
Sumber : Data primer
Hasil Investigasi Lapangan
Dari tabel diatas
terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur ≤
12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak
1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 – 24 tahun.
Tabel 3 Distribusi
Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec.
Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011
No
|
Jenis
Kelamin
|
Populasi
Rentan
|
Jumlah
kasus
|
Attack
Rate (%)
|
CFR
(%)
|
|
Sakit
|
Mati
|
|||||
1
|
Laki
– laki
|
4131
|
21
|
0
|
0,51
|
0
|
2
|
Perempuan
|
3685
|
23
|
1
|
0,62
|
4,38
|
Jumlah
|
7816
|
44
|
1
|
0,90
|
2,27
|
Sumber : Data primer
Hasil Investigasi Lapangan
Dari tabel diatas
terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan
AR = 0,62% dan CFR = 4,38%.
2.
Distribusi menurut
tempat
Distribusi kasus DBD di
Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat
tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab.
Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011
No
|
Nama
Desa
|
Jumlah
kasus
|
CFR
(%)
|
|
Sakit
|
Mati
|
|||
1
|
Desa
Lampasio
|
20
|
0
|
0
|
2
|
Desa
Tinading
|
18
|
0
|
0
|
3
|
Desa
Sibea
|
2
|
0
|
0
|
4
|
Desa
Oyom
|
4
|
1
|
25
|
Jumlah
|
44
|
1
|
2,27
|
Sumber : Data primer
Hasil Investigasi Lapangan
Hasil pengamatan
terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita
berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal
berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas.
3.
Distribusi menurut waktu
Untuk menggambarkan
kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam
kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit
(onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah
1 harian.
Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas
Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :
Berdasarkan hasil
investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita
2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan
kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44
kasus.
4.
Identifikasi sumber dan
penyebab
Hasil survey jentik
ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea,
dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung
kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan
media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan
setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata paling
banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah
hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat
menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.
5.
Identifikasi Cara
penularan
Mekanisme penularan
terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana
sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat
bepergian ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota
Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.
G. MASALAH
YANG DIHADAPI
Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:
1. Ditemukannya wadah
sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban,
kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.
- Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal
- Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes.
- Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian.
H. UPAYA
PENANGGULANGAN
Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan
KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :
1. Melakukan fogging wilayah
dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus
kedua.
- Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.
- Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program.
- Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB.
- Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.
I.
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan
1) Telah terjadi KLB DBD di
Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita
44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%.
2) Kelompok umur ≤ 12 tahun
merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD dengan jumlah kasus 22
orang.
3) Pemastian diagnosis
adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk.
4) Pola epidemik adalah
propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu
ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah
penderita.
b.
Saran
1. Tingkatkan SKD terhadap
penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga
peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin.
2. Pembasmian sarang
nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.
3. Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.
Soal
1. Yang merupakan langkah-langkah dalam penyelidikan wabah
adalah :
1) menegakkan diagnosa
2) merumuskan suatu hipotesa
3) merencanakan penyelidikan
4) melaksanakan penyelidikan
Jawaban : E. (Semua benar)
2. Unsur-unsur penting untuk menegakkan diagnosa dalam
penyelidikan wabah adalah :
1) Definisi kasus
2) Klasifikasi kasus dan tanda
klinik
3) Pemeriksaan laboratorium
4) Membandingkan informasi yang
didapat
Jawaban : A. (1,2,3 benar)
3. Terselenggaranya Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan baik untuk
dapat mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) DBDmelalui kerja sama lintas program
dan lintas sektoral sehingga dapat mencegah kematian dan menekan angka
kesakitan penyakit malaria. Merupakan pengertian dari :
a. Tujuan umum
penyelidikan wabah
b. Tujuan khusus
penyelidikan wabah
c.
Langkah-langkah penyelidikan wabah
d. Manfaat
penyelidikan wabah
e. Rumusan
penyelidikan wabah
Jawaban : A
4. Langkah-langkah penyelidikan
wabah dalam kegiatan penanggulangan Kasus DBD antara lain :
1) pencarian penderita/tersangka
DBD lainnya
2) menjauhkan
penderita dari orang lain
3) pemeriksaaan
jentik di rumah penderita
4) memberikan
obat anti malaria pada penderita
Jawaban : B
(1 dan 3)
5. Dalam
penyelidikan wabah DBD, langkah analisis data yang harus dilakukan adalah :
1) Membuat kurva epidemik
2) Menentukan gejala/tanda penyakit yang menonjol
3) Menghitung masa inkubasi
4) Menghitung food specific attack rate
Jawab : E. (benar semua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar