Selasa, 06 November 2012

Adnexitis




ADNEXITIS
Posted by
Amala Hafsah, Hajar-Hajar Qurunfully Ashfi, Nadia Swastika

A.         Pengertian Adneksitis
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD) (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Adnexa atau salpingo-ooporitis terbagi atas :
1.         Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2.       Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian menjadi :
a.       Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.       Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c.       Salpingitis interstialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus. (Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d.       Kista tubo ovarial
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
e.       Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberculosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
B.         Etiologi (penyebab)
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1.         Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2.       Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman. (Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat genetalia mungkin lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
1.           Hygiene belum sempurna.
2.          Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3.         Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan 1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396. 2007).

C.         Patofisiologi
1.         Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2.       Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3.       Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).
D.         Tanda dan gejala­­­­
1.         Gambaran klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).
2.       Gejala – gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas dan dapat pula ditemukan dismenorea. ( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
E.         Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1.           Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2.          Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3.         Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.(Sarwono.Winkjosatro, Hanifa. Hal 288.2007).Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas.
(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).
F.          Penatalaksanaan medis
Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini adalah:
1.        Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.        Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3.        Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tuor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4.        Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization. Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007)




SOAL ADNEXITIS

Ny N umur  35 tahun datang ke RS dengan keluhan Demam 38,50C, Sakit pada perut bagian bawah atau kram yang tidak berhubungan dengan haid, nyeri tekan kanan dan kiri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan seksual, nyeri bak, keluarnya cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina, menstruasi tidak teratur yaitu perdarahan bercak, nyeri punggung, nyeri saat menstruasi, mual muntah. Dan pada saat dilakukan VT maka didapatkan  nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus.
1.           Dari keluhan dan hasil pemeriksaan diatas Ny N menderita…
a.       Serviksitis
b.       Infeksi saluran kemih
c.       Adnexitis
d.       pelviksitis
2.         Dibawah ini yang bukan termasuk diagnosa banding dari kasus diatas adalah….
a.       Appendicitis
b.       Kehamilan ektopik
c.       Diverticulitis
d.       Gastritis
3.         Dibawah ini merupakan criteria minimal dari penegakan diagnosis diatas adalah….
a.       Nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus.
b.       Keluarnya cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina.
c.       Demam 38,50C
d.       Mual muntah
4.         Indikasi dilakukan tindakan  operatif pada kasus di atas adalah….
1.         Keluhan tetap ada setelah dilakukan terapi dengan distermi
2.       Timbul reaktivasi dari proses radang
3.       Terdapat tumor disebelah uterus
4.       Terdapat perlekatan pada tuba
5.          Pencegahan yang bisa dilakukan untuk kasus diatas adalah dengan cara…
1.         Setia pada pasangan.
2.       Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
3.       Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
4.       Menjaga kebersihan organ genital.





13 komentar:

  1. min,boleh ga disini saya ikut menjawab dr kasus diatas :
    1) C
    2) D
    3) A
    4) E
    5) E
    mhon koreksiannya ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar sekali mbk hajar,
      disini ada sedikit tambahn, mungkin dari teman2 yg lain ada yg belum mengetahui bagaimana cara menegakkan diagnosa dari adnexitis itu sendiri.
      disini kami akan mencb menjlaskan sedikit berkenaan dg penegakan diagnosa.
      Ada beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis adnexitis akut :
      1. Kriteria minimal
      -Ditemukannya pergerakkan halus adneksa dan rahim
      -Pergerakan halus pada leher rahim
      VT : nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus, kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat tidak teraba).
      2. Kriteria tambahan
      -Keluarnya cairan tidak normal dari vagina, umumnya berbau, berwarna kuning atau kehijauan.
      -Panas tubuh menjadi 38 ˚C
      -Pasien pernah mengalami Gonorrhea atau Chlamydia
      3. Kriteria spesifik
      -pemeriksaan laparoskopi
      -penggunaan pelvic ultra sound.

      Adapun menegakkan diagnosa adnexitis kronik :
      Dengan thoucer dapat teraba adnex tumor.
      Adnex ini dapat berupa pyosalphinx atau hidrosalphinx. LED meninggi dan biasanya ada leko dan limphocytosis. Salah satu bntuk yang khas ialah yang disebut salphingitis isthmica nodosa dimana proses radang hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma.

      Hapus
  2. min, saya ingin bertanya?
    boleh minta penjelasannya ga, berkaitan dengan diagnosa banding dari kasus adnexitis diatas. dapat diambil kesimpulan bhwa diagnosa bnding dr kasus diatas adalah Appendicsitis,Kehamilan ektopik dan Diverticulitis. bagaimana cara membedakannya??
    terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sebelumnya mbak nadia,,
      pertanyaan yang sangat bagus sekali mbk nadia,

      untuk kasus appendicitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi. ( Mc. Burney ). Pada appendicitis rangkaian gejala awalnya yang klasik yaitu nyeri periumbilikalis, diikuti dengan anoreksia, nausea atau vomitus atau keduanya, dan pergeseran rasa nyeri ke kuadran kanan bawah.

      sedangkan pada kasus kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam, LED tidak meninggi dan lekositose tidak seberapa, kalau tes kehamilan positif maka adnexitis dapat dikesampingkan tapi kalau negative keduanya mungkin.

      dan pada kasus divertikulitis : dapat sulit dibedakan dari adnexitis sisi kiri. Serangan khas divertikulitis ditandai dengan nyeri pada kuadran kiri bawah, menggigil, demam dan tanda-tanda peritonium. Masa yang nyeri dapt terpalpasi di atas sigmoid. Pasien dapat memberikan riwayat serangan divertikulitis.

      semoga mudah difahami.:-)

      Hapus
    2. diskusi yang sangat menarik, tapi ana masih belum begitu mudah membedakannya. mungkin mba admin bisa bantu ana membuatnya lebih mudah atau lebih spesifik, misal perbedaan dan persamaan berdasarkan : lokasi nyeri, sifat nyeri, hasil lab, atau pemeriksaan tambahan lainnya?
      terimakasih admin :)

      Hapus
  3. ana tertarik dengan penatalaksaan adnexitis yang mba admin sampaikan diatas. tapi ana masih bingung, saat mencoba mempraktikannya, yaitu dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang (ini bagaimana?), tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah (posisi telapak tangan bagaiamana?) dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit (trus yang ini juga gimana?).
    mohon dijelaskan, terimakasih admin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. disini kami akan berusaha menjawab dari pertanyaan hannie,
      Terapi sederhana yg dimaksudkan dsini adalah terapi untuk mengatasi nyerinya dengan cara :
      1) anjurkan pasien utk duduk diantara 2 sujud.
      2) kemudian satu tangan pasien diletakkan dikepala & satu tangan yg lain dipinggang
      3) anjurkan pasien menarik nafas panjang dengan meletakkan kedua tangan pasien ke pangkal paha lalu badan membungkuk.
      4) kemudian kedua tangan pasien memutar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dari hidung sembari menegakkan badan dan memindahkan posisi tangan ke atas paha
      5) kemudian letakkan tangan dipinggang dengan durasi waktu maksimal 30 menit.
      terimakasih atas pertanyaannya.

      Hapus
    2. praktik yang sangat menarik, hehehehe...

      Hapus
    3. iya dong bu,
      apalagi dengan modelnya..

      Hapus
  4. Afwan bertanya tentang pembahasan etiologi dari adnexxitis, di atas dipaparkan bahwa penyebab infeksi rongga perut adalah Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.Berarti jika lendir kental tersebut dapat menghalangi kuman, bgmna bsa trjd infeksi? jazakumulaah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. disini kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari mbak kayyisah. bhwasanya ada sedikit koreksian, setelah kami mencba kembali mmbuka beberapa referensi yg kami ambil. Ternyata disana ada kslhan penulisan pada kalimat

      "Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
      1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
      2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman."

      adapun koreksiannya dr penulisan tersebut adalah :

      "Jarang terjadi radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh:
      1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
      2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.

      jadi bisa kami jelaskan disini bahwa pH normal dari vagina adalah bersifat asam yg artinya pH trsebut rendah. dan normalnya pada seorang wanita yg telah mndapat menstruasi mengelurkan lendir yg kental dan liat pd canalis servikalis yg menghalangi naiknya kuman-kuman. sehingga ketika terjadi ketidakseimbangan pH (pH meningkat menjadi basa atau netral maka bakteri patogen dapat hidup nyaman dan berkembang biak. begitu pula dengan lendir pada canalis servikalis apabila terjadi ketidakseimbangan sehingga bakteri patogen brkmbangbiak dengan pesat sehingga merubah lendir yg keluar pada canalis servikalis menunjukkan suatu yg abnormal baik dr eksistensi, warna maupun bau.

      sekian jwabn dr kami, terimakasih atas koreksiannya.

      Hapus
  5. Afwan ingin bertanya tentang Salpingitis interstialis kronika, mengapa salpingitis interstialis kronika dinding tuba bsa menebal dan tampak fibrosis. Patofisiologinya bgmn??? Jazakummulah

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, mbak kayyisah..
      seperti telah dijelaskan diatas bagaimana patofisiologis terjadinya Salpingitis interstialis kronika, bisa dilihat disana bahwa terjadinya salpingitis interstialis kronika berawal dari salpingitis akut yang banyak ditemukan pada infeksi puerpenal atau pada abortus septic dan Infeksi juga dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti Streptokokus (aerobic dan anaerobic), Stafilokokus, Eschericia koli, Klostridium Welchii, dan lain-lain. Infeksi ini dapat menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri melalui pembuluh darah dan limfe ke parametrium kemudian ke tuba Falopii, dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Dan disinilah akan timbul salpingitis intersisialis akut. Mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit dan tampak fibrosis (pertumbuhan jaringan ikat yg berlebihan), tetapi mukosa sering kali normal. Berbeda dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dan sering terjadi penyumbatan. Dari penjabaran diatas maka ddapti penyebab dari penebalan dinding tuba pada kasus salpingitis interstialis kronika menunjukkan infiltrasi leukosit yaitu penumpukan leukosit pada jaringan otot (bernanah).
      sekian penjelasan dari kami, semoga mudah dipahami.

      Hapus