ADNEXITIS
Posted by
Amala Hafsah, Hajar-Hajar Qurunfully Ashfi,
Nadia Swastika
A.
Pengertian
Adneksitis
Adneksitis
atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang
terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas
sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat
kontrasepsi (IUD) (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Adnexa atau
salpingo-ooporitis terbagi atas :
1.
Salpingo
ooporitis akuta
Salpingo ooporitis
akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke
mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba
abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam
tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada
kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10
hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada
infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti
kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus (
aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan
lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan
darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum
pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding
tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali
normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika,
dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan
lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2.
Salpingo
ooporitis kronika
Dapat
dibedakan pembagian menjadi :
a.
Hidrosalping
Pada hidrosalping
terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba
masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam
tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa
tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa
hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks
terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis
terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.
Piosalping
Piosalping dalam
stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada
piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada
salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan
dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan
otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c.
Salpingitis
interstialis kronika
Pada salpingitis
interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula
ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot. Terdapat
pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium,
uterus, dan usus. (Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d.
Kista
tubo ovarial
Pada kista tubo
ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses
tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang
terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro,
Hanifa.Hal 289.2007).
e.
Salpingitis
tuberkulosa
Salpingitis
tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberculosis
genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
B.
Etiologi
(penyebab)
Pada
wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara
traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1.
Sifat
bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2.
Lendir
yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya
kuman-kuman. (Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat
genetalia mungkin lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
1.
Hygiene
belum sempurna.
2.
Perawatan
persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3.
Infeksi
veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan
fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang
paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan
postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya
bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus,
disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan
bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta
perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks
(Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan 1:1000 kasus operasi
ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),dengan
rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396.
2007).
C.
Patofisiologi
1.
Radang
tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi
ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau
menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal
287.2007).
2.
Pada
salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada
endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi
yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan
degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut
juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai
eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan
menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal
287.2007).
3.
Infeksi
ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe
ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul
salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal
menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).
D.
Tanda
dan gejala
1.
Gambaran
klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah
kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada
kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas
yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya
menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri
mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri
tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal
288.2007).
2.
Gejala
– gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului
oleh gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut
bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun.
Penderita pada umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau
kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit
pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang
sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan
infertilitas dan dapat pula ditemukan dismenorea. ( Sarwono. Winkjosastro,
Hanifa.Hal 289.2007).
E.
Komplikasi
Pembedahan
pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1.
Jika
terjadi ruptur atau abses ovarium.
2.
Jika
terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3.
Jika
terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis
akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut,
demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi
yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan
dari saluran kencing dan daerah vagina.(Sarwono.Winkjosatro, Hanifa. Hal
288.2007).Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta,
pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya
lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi
daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan
menjadi kurang jelas.
(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).
F.
Penatalaksanaan
medis
Terapi
sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala
dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar
simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan
tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih
dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan
spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam
beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang
berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada,
keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang
tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan
tidak dapat hilang sama sekali.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Terapi
operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini
adalah:
1.
Apabila
setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.
Apabila
tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3.
Apabila
ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi
tuor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping,
kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4.
Apabila
ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya
dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup
besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan
dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung
dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan
usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah
operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral.
Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause.
Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu
ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan
kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi
infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih
kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization. Terapi
pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring,
perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut
penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta
memerlukan terapi pembedahan.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007)
SOAL ADNEXITIS
Ny N umur 35 tahun
datang ke RS dengan keluhan Demam 38,50C, Sakit pada perut bagian
bawah atau kram yang tidak berhubungan dengan haid, nyeri tekan kanan dan kiri
di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan seksual, nyeri bak, keluarnya
cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina, menstruasi tidak teratur
yaitu perdarahan bercak, nyeri punggung, nyeri saat menstruasi, mual muntah.
Dan pada saat dilakukan VT maka didapatkan
nyeri saaat portio
digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus.
1.
Dari
keluhan dan hasil pemeriksaan diatas Ny N menderita…
a.
Serviksitis
b.
Infeksi
saluran kemih
c.
Adnexitis
d.
pelviksitis
2.
Dibawah
ini yang bukan termasuk diagnosa banding dari kasus diatas adalah….
a.
Appendicitis
b.
Kehamilan
ektopik
c.
Diverticulitis
d.
Gastritis
3.
Dibawah
ini merupakan criteria minimal dari penegakan diagnosis diatas adalah….
a.
Nyeri saaat portio digoyang , nyeri
kiri dan kanan uterus.
b.
Keluarnya
cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina.
c.
Demam
38,50C
d.
Mual
muntah
4.
Indikasi
dilakukan tindakan operatif pada kasus
di atas adalah….
1.
Keluhan
tetap ada setelah dilakukan terapi dengan distermi
2.
Timbul
reaktivasi dari proses radang
3.
Terdapat
tumor disebelah uterus
4.
Terdapat
perlekatan pada tuba
5.
Pencegahan
yang bisa dilakukan untuk kasus diatas adalah dengan cara…
1.
Setia
pada pasangan.
2.
Rutin
memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
3.
Penggunaan kondom saat berhubungan
seksual
4.
Menjaga kebersihan organ genital.
min,boleh ga disini saya ikut menjawab dr kasus diatas :
BalasHapus1) C
2) D
3) A
4) E
5) E
mhon koreksiannya ya..
benar sekali mbk hajar,
Hapusdisini ada sedikit tambahn, mungkin dari teman2 yg lain ada yg belum mengetahui bagaimana cara menegakkan diagnosa dari adnexitis itu sendiri.
disini kami akan mencb menjlaskan sedikit berkenaan dg penegakan diagnosa.
Ada beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis adnexitis akut :
1. Kriteria minimal
-Ditemukannya pergerakkan halus adneksa dan rahim
-Pergerakan halus pada leher rahim
VT : nyeri saaat portio digoyang , nyeri kiri dan kanan uterus, kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat tidak teraba).
2. Kriteria tambahan
-Keluarnya cairan tidak normal dari vagina, umumnya berbau, berwarna kuning atau kehijauan.
-Panas tubuh menjadi 38 ˚C
-Pasien pernah mengalami Gonorrhea atau Chlamydia
3. Kriteria spesifik
-pemeriksaan laparoskopi
-penggunaan pelvic ultra sound.
Adapun menegakkan diagnosa adnexitis kronik :
Dengan thoucer dapat teraba adnex tumor.
Adnex ini dapat berupa pyosalphinx atau hidrosalphinx. LED meninggi dan biasanya ada leko dan limphocytosis. Salah satu bntuk yang khas ialah yang disebut salphingitis isthmica nodosa dimana proses radang hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma.
min, saya ingin bertanya?
BalasHapusboleh minta penjelasannya ga, berkaitan dengan diagnosa banding dari kasus adnexitis diatas. dapat diambil kesimpulan bhwa diagnosa bnding dr kasus diatas adalah Appendicsitis,Kehamilan ektopik dan Diverticulitis. bagaimana cara membedakannya??
terimakasih.
terimakasih sebelumnya mbak nadia,,
Hapuspertanyaan yang sangat bagus sekali mbk nadia,
untuk kasus appendicitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi. ( Mc. Burney ). Pada appendicitis rangkaian gejala awalnya yang klasik yaitu nyeri periumbilikalis, diikuti dengan anoreksia, nausea atau vomitus atau keduanya, dan pergeseran rasa nyeri ke kuadran kanan bawah.
sedangkan pada kasus kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam, LED tidak meninggi dan lekositose tidak seberapa, kalau tes kehamilan positif maka adnexitis dapat dikesampingkan tapi kalau negative keduanya mungkin.
dan pada kasus divertikulitis : dapat sulit dibedakan dari adnexitis sisi kiri. Serangan khas divertikulitis ditandai dengan nyeri pada kuadran kiri bawah, menggigil, demam dan tanda-tanda peritonium. Masa yang nyeri dapt terpalpasi di atas sigmoid. Pasien dapat memberikan riwayat serangan divertikulitis.
semoga mudah difahami.:-)
diskusi yang sangat menarik, tapi ana masih belum begitu mudah membedakannya. mungkin mba admin bisa bantu ana membuatnya lebih mudah atau lebih spesifik, misal perbedaan dan persamaan berdasarkan : lokasi nyeri, sifat nyeri, hasil lab, atau pemeriksaan tambahan lainnya?
Hapusterimakasih admin :)
ana tertarik dengan penatalaksaan adnexitis yang mba admin sampaikan diatas. tapi ana masih bingung, saat mencoba mempraktikannya, yaitu dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang (ini bagaimana?), tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah (posisi telapak tangan bagaiamana?) dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit (trus yang ini juga gimana?).
BalasHapusmohon dijelaskan, terimakasih admin...
disini kami akan berusaha menjawab dari pertanyaan hannie,
HapusTerapi sederhana yg dimaksudkan dsini adalah terapi untuk mengatasi nyerinya dengan cara :
1) anjurkan pasien utk duduk diantara 2 sujud.
2) kemudian satu tangan pasien diletakkan dikepala & satu tangan yg lain dipinggang
3) anjurkan pasien menarik nafas panjang dengan meletakkan kedua tangan pasien ke pangkal paha lalu badan membungkuk.
4) kemudian kedua tangan pasien memutar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dari hidung sembari menegakkan badan dan memindahkan posisi tangan ke atas paha
5) kemudian letakkan tangan dipinggang dengan durasi waktu maksimal 30 menit.
terimakasih atas pertanyaannya.
praktik yang sangat menarik, hehehehe...
Hapusiya dong bu,
Hapusapalagi dengan modelnya..
Afwan bertanya tentang pembahasan etiologi dari adnexxitis, di atas dipaparkan bahwa penyebab infeksi rongga perut adalah Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.Berarti jika lendir kental tersebut dapat menghalangi kuman, bgmna bsa trjd infeksi? jazakumulaah.
BalasHapusdisini kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari mbak kayyisah. bhwasanya ada sedikit koreksian, setelah kami mencba kembali mmbuka beberapa referensi yg kami ambil. Ternyata disana ada kslhan penulisan pada kalimat
Hapus"Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman."
adapun koreksiannya dr penulisan tersebut adalah :
"Jarang terjadi radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh:
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
jadi bisa kami jelaskan disini bahwa pH normal dari vagina adalah bersifat asam yg artinya pH trsebut rendah. dan normalnya pada seorang wanita yg telah mndapat menstruasi mengelurkan lendir yg kental dan liat pd canalis servikalis yg menghalangi naiknya kuman-kuman. sehingga ketika terjadi ketidakseimbangan pH (pH meningkat menjadi basa atau netral maka bakteri patogen dapat hidup nyaman dan berkembang biak. begitu pula dengan lendir pada canalis servikalis apabila terjadi ketidakseimbangan sehingga bakteri patogen brkmbangbiak dengan pesat sehingga merubah lendir yg keluar pada canalis servikalis menunjukkan suatu yg abnormal baik dr eksistensi, warna maupun bau.
sekian jwabn dr kami, terimakasih atas koreksiannya.
Afwan ingin bertanya tentang Salpingitis interstialis kronika, mengapa salpingitis interstialis kronika dinding tuba bsa menebal dan tampak fibrosis. Patofisiologinya bgmn??? Jazakummulah
BalasHapusya, mbak kayyisah..
Hapusseperti telah dijelaskan diatas bagaimana patofisiologis terjadinya Salpingitis interstialis kronika, bisa dilihat disana bahwa terjadinya salpingitis interstialis kronika berawal dari salpingitis akut yang banyak ditemukan pada infeksi puerpenal atau pada abortus septic dan Infeksi juga dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti Streptokokus (aerobic dan anaerobic), Stafilokokus, Eschericia koli, Klostridium Welchii, dan lain-lain. Infeksi ini dapat menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri melalui pembuluh darah dan limfe ke parametrium kemudian ke tuba Falopii, dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Dan disinilah akan timbul salpingitis intersisialis akut. Mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit dan tampak fibrosis (pertumbuhan jaringan ikat yg berlebihan), tetapi mukosa sering kali normal. Berbeda dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dan sering terjadi penyumbatan. Dari penjabaran diatas maka ddapti penyebab dari penebalan dinding tuba pada kasus salpingitis interstialis kronika menunjukkan infiltrasi leukosit yaitu penumpukan leukosit pada jaringan otot (bernanah).
sekian penjelasan dari kami, semoga mudah dipahami.